Videoscribe; tonggak Pengembangan Teknologi Pembelajaran PPPPTK Bahasa
Videoscibe;
tonggak Pengembangan Teknologi Pembelajaran PPPPTK Bahasa
Prolog
Tanggal 2-3 dan
6-7 Februari 2017 menjadi momen yang istimewa bagi tumbuhnya minat dan semangat
dalam bidang pengembangan Teknologi pembelajaran. Bagaimana tidak, sekira 50
orang Aparatur Sipil Negara yang terdiri dari Widyaiswara, Pustakawan, dan
Fungsional umum mengikuti sebuah
workshop. Tim Pengembang Teknologi Pembelajaran yang terdiri dari Wandi
Hidayat, Yoshua Savitri dan Neneg Tsani, atas izin Allah subhanahu wata’ala
kemudian persetujuan dan dukungan pemangku kebijakan PPPPTK Bahasa
menyelenggarakan Worksop Pembuatan Video Animasi Untuk Pembelajaran Bahasa (Menggunakan
Videoscribe).
Masa, boleh
terus berganti, namun keberadaan guru tak kan terganti. Peran guru yang vital inilah
yang menjadi alasan sehingga pemerintah terus berbenah untuk membangun kulaitas
guru dengan program guru pembelajar. Jiwa-jiwa yang senang belajar sepanjang
hayat, yang akan menularkan kesenangan tersebut kepada peserta didiknya. Guru
pembelajar adalah program ikonik dari kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan peluncuran program ini besar harapan dunia pendidikan dimandatkan kepada
guru bahwa mereka akan melahirkan siswa-siswa pembelajaran yang mandiri.
Belajar tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Bukan hanya di kotak bernama
kelas, bukan hanya sebatas jumlah jam pelajaran yang ada di kurikulum. Sehingga
jiwa belajar menemui tujuannya, yakni membebaskan diri dari kebodohan.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 menyatakan
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai usaha sadar tersebut
maka pendidik haarus menyiapkan perangkat belajar yang terencana. Salah satunya
yakni menyiapak media pemebelajaran bagi siswa untuk mencapai standar
kompetensi tertentu. Sebagai ejawantah dari amanah umdang-undang tersebut. Tim
pengembang teknologi pembelajaran berinisisatif untuk melaksanakan pelatihan
pembuatan video animasi drawing:videoscibe dalam pembelajaran bahasa.
Bagi para
fungsional pendidik kegiatan ini diharapkan dapat menjadi unsur pengembangan
keprofesian berkelanjutan yang memelihara kesadaran untuk senantiasa
meningkatkan keilmuan dan kompetensinya.
Berdasarkan
latar belakang di atas maka PPPPTK Bahasa pada tahun anggaran 2017
menyelenggarakan workshop pembuatan video animasi untuk pembelajaran bahasa
(menggunakan videoscribe) dalam rangka peningkatan kompetensi Aparatur Sipil
Negara di lingkungan PPPPTK Bahasa.
Videografer
dan Videografi
Pembelajaran
Bahasa dengan menggunakan media pembelajaran video bukanlah hal baru dalam
kegiatan belajar-mengajar (KBM). Diambil dari https://coerll.utexas.edu/methods/modules/culture/03/index.php bahwa asalnya, pembelajaran bahasa dengan
menggunakan video sebagai media pembelajaran dilakukan karena mengnadung aspek
dokumen autentik dan komponen esensial dalam interaksi lingkungan yang
“natural” “real life”. Namun kemudian perkembangan terjadi yakni video dalam
pembelajaran kini tidak hanya berdasarkan dokumen autentik namun bisa
menggunakan video yang artifisial. Artinya guru ataupun pendidik bisa membuat
sendiri video pembelajaran yang muatannya sesuai dengan kurikulum yang sedang
diajarkan kepada peserta didik.
Seiring perkembangan
teknologi dan metode pembelajaran inilah menuntut pendidik mulai memasuki ranah
baru sebagai profesi yang menguasi videografi atau disebut juga videografer.
Semua pihak
sepakat bahwa dalam proses belajar-mengajar baik pendidik maupun peserta didik,
kedua belah pihak ini harus dalam keadaan gembira saat menjalani proses
KBM. Dengan demikian tujuan
instruksional pembelajaran dapat dicapai bersama.
Jangan
dibayangkan sebagai hal yang sulit jika berkenalan dengan sesuatu yang baru.
Misalnya videoscribe. Banyak di antara pendidik langsung bersikap apatis saat
diajak untuk menekuni “dunia” lain selain proses belajar-mengajar konvensional
yang sudah biasa mereka kerjakan. Namun di era digital ini pendidik diharapkan
memiliki keinginan untuk terus menjadi pembelajar walaupun misalanya sumber
belajar tersebut adalah peserta didik kita sendiri. Namun alhamdulillah ASN
PPPPTK Bahasa merespon dengan baik kegiatan ini. Hasilnya dari 50 peserta,
lebih dari setengahnya mengumpulkan portofolio videoscribe dalam pembelajaran
bahasa, walaupun workshop hanya berlangsung selama 32 JP. Hal ini tentu
membutuhkan waktu, tenaga dan konsentrasi yang lebih banyak untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas yang lebih baik jika ingin menghasilkan media
videoscribe yang sesuai dengan pembelajaran bahasa. Ringkasnya, untuk mendapatkan
videoscribe dengan tampilan menarik namun tetap sesuai dengan tujuan
instruksional adalah dengan menyusun storyline yang sesuai dengan rencana
Pelakasanaan Pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan adanya media ini.
Komentar
Posting Komentar