Training Bisnis: 5 Mindset

Bismillah, awal mula Ummi ingin belajar bisnis akan dagang adalah tahun 2015. mengapa orang yang tidak terbiasa dagang tiba-tiba harus berdagang?

Pasti ada alasan...

Dan alasan terbesar terkuat dan terdasar adalah ummu ingin buat produk, namun juga pandai, bukan hanya bisa, tapi pandai dalam memasarkannya. untuk apa? agar jika Allah ta'ala mudahkan muamalah ini, ummi ingin membiayai sekolah tahfidz khusus banat. Ummi ingin anak-anak putri menjadi ahlul Qur'an dengan cara yang gembira dan menyenagkan tentunya.
semoga dengan alasan ini, bisa menghindarkan ummi dari Loyo Lemes, Males Jiwa, Na'udzubillah, tsumma na'udzubillah.

Nah, saat down melanda biasanya ummi langsung melompat "Tiap2 jiwa akan merasakan mati" itu dzikrul mawt yang selalu membuat ummi terlompat. Bekal apa tuk di akhirat nanti ya...

"ayo jalan" "jangan malas"

Inilah petikan Training Bisnis Ummi di Wagrup:

Itu bagus sekali, hanya saja beberapa orang itu tidak menemukan bimbingan yang pas bagaimana cara memulai, bagaimana cara menjualnya, bagaimana teknik closingnya.

Sehingga, seiring waktu berlalu, bulan berganti bulan tahun berganti tahun, tidak ada kenaikan signifikan dalam penjualan.

Di mana awalnya itu semangat lama-lama menjadi loyo. Mudah-mudahan di sini engga ya...mudah-mudahan teman2 tetap semangat.

Di dalam kelas ini, materi yang akan saya sampaikan nanti adalah intisari hal-hal yang perlu teman-teman reseller dan agen lakukan dalam berbisnis online dan menjual produk-produk dari Sikile Kaus Kaki.

Ada pola-pola berhasil yang akan coba saya jabarkan di dalam kelas ini. Harapan saya semoga teman-teman bisa memahaminya dan langsung mempraktekannya.

Oleh karena itu, di kelas ini nanti, selain teori saya juga akan meminta teman-teman untuk praktek melalui tugas-tugas yang saya berikan.

Lalu, selain itu, yang membuat kelas ini juga sedikit berbeda dari kelas yang lain adalah nanti ada materi naik kelas untuk reseller.

Jadi nanti saya akan memberikan gambaran bagaimana agar peserta di kelas ini lebih paham untuk melesatkan bisnisnya ke jenjang yang lebih tinggi.

Aamiiin 😊

Namun untuk nanti supaya dapat nail kelas, kita harus paham dulu mengenai pola pencapaian yang harus dilakukan oleh seorang reseller.

Pola pencapaian seorang reseller supaya bisa naik kelas bergantung pada tiga hal, yaitu :
1.  Mindset seperti apa yang harus dimiliki
2.  Target seperti apa yang harus dibuat
3.  Strategi seperti apa yang harus dilakukan.

Ketiga hal di atas adalah hal yang sangat penting, bukan hanya bagi reseller, namun dalam menjalankan sebuah bisnis. Bisnis apapun.

Jika ketiga hal itu berbeda, maka akan berbeda pula hasilnya dan berbeda pula kecepatan tumbuhnya. Walaupun kita sama-sama berada di bisnis yang sama.

Misalnya, seluruh peserta dari kelas ini, dengan menerapkan mindset, target dan strategi yang berbeda-beda dari setiap orang, maka akan berbeda hasil dan kecepatan tumbuhnya. Walau jualannya sama, yaitu sama-sama jualan sikile kaus kaki.

Jadi jelas yaa...😊

Nah, ketiga hal itulah yang akan kita pelajari dan coba saya jabarkan secara detail.
Okeh, seperti tadi saya sampaikan bahwa ada tiga hal yang sangat mempengaruhi supaya melesatkan pencapaian kita sebagai reseller atau agen, yaitu mindset, stategi dan action. Saya akan mulai mengupasnya satu per satu yaa.

Yang pertama yang akan saya kupas adalah mindset.

Pada bagian mindset ini kita akan belajar selama beberapa hari di minggu pertama bimbingan.

Karena apa? Karena mindset ini adalah dasar.

Berhasil atau tidaknya sebuah bisnis bukan dari teknik apa yang kita lakukan, melainkan dari mindset apa yang ada di kepala kita.

Riset membuktikan, 80% hal yang mempengaruhi dalam menjalanakan bisnis adalah dari minsetnya dan 20%nya adalah hal teknis.

Hal teknis dapat kita pelajari, namun mindset adalah hal mendasar yang timbul dari dalam diri kita.

Ibaratnya sebuah kendaraan, hal teknisnya adalah kendaraanya itu sendiri, bagaimana cara menjalankan kendaraan itu, namun mindset itu ibarat mesinnya. Kalau mesinnya bermasalah, maka akan bermasalah juga seluruh dari kendaraan itu.

Mudah-mudahan paham yaa..😊

Lalu mindset apa saja yang harus dimiliki oleh seorang reseller? Saya akan jabarkan melalui study kasus berikut ini.

Apabila kita melihat ada satu kasus dalam penjualan, ada dua orang reseller dengan produk yang sama, si reseller pertama bisa menjual produknya dengan sukses sehingga dia bisa mendapatkan hasil yang tidak sedikit dari kegiatan berjualannya tersebut sedangkan si reseller ke dua begitu-begitu saja, sudah berbulan-bulan dia menjadi reseller tapi tidak ada peningkatan yang signifikan. Ibaratnya dia hanya menunggu waktu saja kapan harus berhenti dari bisnisnya.

Selanjutnya, kita akan sebut mereka sebagai reseler super dan reseller loyo.

Kepada reseller super, melihat kemampuannya tersebut, tentunya kita akan penasaran dong ya. Tipsnya apa sih koq bisa sukses seperti itu.

Kita akan cari tau, apa rahasianya, apa rumusnya, apa strategi yang dia terapkan sehingga penjualannya bisa bagus sekali.

Namun, apabila kita bongkar, ya rahasianya gitu-gitu aja. Strateginya juga engga canggih-canggih amat, biasa sekali. Atau mungkin dia menggunakan tools tertentu untuk melancarkan bisnisnya, ternyata tools nya juga biasa.

Lalu hal apa yang membuat dia melesat dengan bisnisnya?

Ternyata rahasia berhasil atau tidak si reseller super itu bukan terletak  di strategi, teknik atau tools, tapi yang mempengaruhi dia bisa melesatkan dalam bisnis adalah MINDSETnya.

Mindset atau pola pikir di awal sebelum menjalankan bisnis yang akan mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Kenapa?

Karena pola pikir itu akan menentukan apa yang harus dilakukan seseorang, yaitu bagaimana cara merespon sesuatu dan bagaimana cara melakukan sesuatu.

Pola pikir yang salah akan memberikan hasil yang salah juga.

Jadi kita harus berhati-hati sekali dengan pola pikir yang kita anut. Pola pikir itu bisa membawa kita kepada kesuksesan, atau sebaliknya, ke kehancuran bisnis kita.

Pola pikir yang bagaimana yang seharusnya kita aplikasikan dalam bisnis kita. Akan kita bahas yaa...
Ada lima pola pikir yang dimiliki oleh orang yang berhasil jadi reseller super dan tidak dimiliki oleh mereka yang menjadi reseller loyo.

Apa saja lima hal itu?

kita akan bahas satu-persatu ya.


Jadi setelah tahu lima hal ini silakan evaluasi diri sendiri apakah lima hal ini ada di diri kita atau tidak.


Kalau tidak maka buang yang tidak nya, masukkan pola pola pikir lima hal ini ke dalam diri kita. Okeh. 😊

Apa saja ke LIMA MINDSET yang benar dalam berbisnis sehingga menjadi reseller super?

Yang pertama itu adalah ALASAN

Seorang reseller super dapat berhasil karena dia mempunyai alasan yang kuat kenapa dia menjalankan bisnis reseller ini.


Alasan yang kuat itu lah yang kemudian menggerakkan dirinya untuk terus maju dan berusaha.


Alasan ini bisa berupa seperti tujuan-tujuan.
Tujuan apa yang ingin kita capai.


Alasan ini berbeda dengan motivasi yaa..


Motivasi itu bisa naik turun. Ada saatnya kita semangat sekali, namun saat kita tinggal tidur sebentar saja, motivasi itu bisa tiba-tiba hilang.

Namun, selama kita punya alasan yang kuat maka kita akan semakin termotivasi.

Saya ulangi motivasi mudah menghilang, tapi selama punya tujuan maka kita akan kembali termotivasi.

Jadi sebelum teman-teman berniat totalitas di bisnis ini sini, coba tanyakan dulu ke diri sendiri apa yang membuat teman-teman itu mau terjun ke bisnis ini?


Ya, apa yang membuat teman-teman itu mau jual produk sikile kaus kaki.


Temukan alasan LEBIH dari diri teman-teman sendiri.

Apakah karena komisinya?
atau hanya sekedar mencari pengalaman? Atau ingin mencari relasi baru?

Atau hanya ingin mengisi waktu?

Karena selama ini teman-teman cuma hip hip hura-hura sehingga teman-teman mencari kegiatan yang lebih positif yang akan lebih menumbuhkembangkan teman-teman.

Atau teman-teman punya sebuah mimpi dan mungkin menjual produk orang lain itu adalah salah satu batu lompatan untuk meraih mimpi tersebut.

Atau apa?

Intinya memiliki sebuah alasan bisa karena keluarga anda sendiri atau bisa karena diri anda sendiri.

Dua hal itu yaa...

Karena keluarga Anda atau Karena diri Anda sendiri

Apa saja, terserah.

Yang harus di ingat. Selama alasan teman-teman di sini masih abu-abu maka teman-teman tidak akan mencapai apa-apa.

Saya tegaskan lagi...
TIDAK AKAN MENCAPAI APA-APA

Nyelekit memang, tapi itulah kenyataan.

Karena semua harus ada tujuan.

Dalam hidup pun harus ada tujuan, kalau tidak punya tujuan maka perjalannan hidup kita tidak mempunyai arah.

Apalagi dalam sebuah bisnis yang skalanya lebih kecil dari kehidupan.

Bisnis adalah sebuah perjalanan panjang.

Di tengah perjalanan kita itu bisa kelelahan. Kita bisa capek sekali, kita bisa kehilangan antusias dalam berbisnis.

Motivasi kita juga bisa hilang, kita bisa bingung, lalu suatu saat akan timbul perasaan dari dalam diri kita untuk menyerah da berhenti.

Lalu untuk apa waktu, tenaga dan investasi yang telah kita keluarkan? Semuanya akan sia-sia.

Inilah yang akan terjadi kalau kita tidak mempunyai alasan yang tidak kuat.

Oleh karena itu, agar bisa terus melangkah, …
Seperti diri saya pribadi, alasan saya yang kuat dalam berbisnis online adalah demi anak-anak saya, cita-cita untuk selalu memberikan yang terbaik untuk mereka.

Saya bayangkan, apabila saya tidak serius dalam berbisnis, maka saya tidak bisa mewujudkan impian saya untuk anak-anak saya tersebut.


Oleh karena itu apapun yang terjadi, saya harus terus maju.


Begitu juga teman2.

Temukan alasan yag terdalam. Dari dalam hati dan coba renungkan. Temukan alasan yang berhubungan dengan emosi teman2.
Kedua,

Reseller yang berhasil meningkatkan penjualannya sadar atau memaknai satu hal yaitu proses


Reseller yang berhasil dan dapat menjual produk mereka lebih banyak sadar bahwa bisnis itu adalah sebuah proses.


Tidak ada yang instan di dunia ini, makan mie instan saja kita perlu menunggu 3 sampai 5 menit baru kita bisa makan mienya. Betul kan?


Apalagi dalam membesarkan dan mendapatkan penghasilan dari bisnis.


Masa mau punya penghasilan besar dan rutin dari bisnis pengen secepat itu.


Kita tidak bisa, saat baru saja memulai bisnis kemudian langsung menghasilkan detik itu juga.

Harus diingat sekali lagi yaa... tidak ada yang instan

Kalaupun mau instan, bisa saja, tapi hasilnya akan kurang baik karena kurang mengakar. Mungkin hanya bertahan beberapa bulan saja, paling lama tiga bulan deh.


Kalau kita perhatikan dan lihat lebih dekat lagi, mayoritas semua bisnis  mempunyai pola yang sama.


Pola seperti apa? Saat di awal memulai bisnis, hampir semua engga terlalu menghasilkan karena memang sedang cari-cari caranya.

Di awal memulai, mungkin penghasilan kita masih sedikit,  bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih terasa sangat kurang.

Semua uang dan keuntungan kita mungkin akan terpakai untuk modal.

Namun, setelah beberapa bulan, setelah modal balik, baru deh kita merasakan keuntungan dari bisnis kita.

Ya. Memang rata-rata seperti itu..

Kalau kita sudah punya pengalaman, mungkin walaupun baru buka kita sudah mendapatkan keuntungan, namun kalau kita baru mulai, baru coba-coba, mau engga mau, suka engga suka kita harus menikmati prosesnya.

Yang salah adalah kalau baru mulai, lalu kita tidak mau berproses, trus kita nyerah ganti bisnis yang lain. Trus coba lagi, engga cocok, kita ganti bisnis lagi. Capekk dehh.

Dan hasilnya apa? Kita engga akan sampe-sampe.

Ganti bisnis itu sebenarnya sah-sah saja, tapi kalau belum di maksimalkan ya sebaiknya itu pikirkan berkali-kali.

Begini, memulai dan meneruskan itu tidak sama.

Jika ingin memulai bisnis baru maka kita harus siap kehilangan bisnis lama.

Lagi pula, saat kita memulai bisnis baru, artinya kita juga akan berproses lagi dari awal.

Kebanyakan orang yang tidak bertumbuh, maaf ya karena itu. Mereka tidak pernah mengukur prosesnya.

Dalam bisnis, kita ada target.

Misalnya mau jual produk orang lain itu sampai kapan. Apakah selamanya, Apakah selama ada supplier nya mau jualan itu terus,  atau hanya 6 bulan ke atas 1 tahun atau 3 tahun 15 tahun kan atau bagaimana.

Setelah jual produk orang lain terus apa? Terus mau ngapain? nah ini harus terukur dalam bisnis kita.

Kalau kita tidak pernah merencanakan maka tidak akan ada pencapaian.

Jadi kita perlu target, perlu perencanaan.


Lalu yang harus kita ingat, apapun bisnisnya, jalani prosesnya. Terima dengan lapang dada.

Katakan, iya memang sekarang saya ini masih nol, memang sekarang ini saya baru mulai tapi saya siap diproses menjadi lebih baik.

Itu lebih baik daripada mengatakan saya ini orangnya males, saya nih lagi nggak mood, atau saya ini gaptek.

Untuk apa mengatakan hal2 negatif seperti itu.

Perhatikan, kalimat-kalimat yang kita pilih akan mempemgaruhi rezeki kita.

Terkadang rezeki kita itu bisa diprediksi dari sana.

Ya dari kalimat-kalimat kita.

Kalau kalimat-kalimat yang keluar dari diri kita ini negatif-negatif, maka rezeki juga akan negatif.

Dan sebaliknya, maka hati2 dengan fikiran, hati-hati dengan perkataan.

Jadi jelas yaa, perbedaan kedua antara reseller super dengan reseller loyo ada di cara mereka menyikapi sebuah proses.

Reseller loyo itu biasanya ingin jalan pintas, ingin shortcut.

Padahal berhasil itu tidak ada liftnya, yang ada itu hanya tangga.

Kita harus siap menapaki tangga kita satu per satu hingga sampai pada titik yang tertinggi.

Atau kalau ingin cepat kita bisa menggunakan elevator, tapi sekali lagi, elevator pun kita akan dapat setelah kita mau berproses.

Ini harus benar2 dipahami ya, ketika kita sadar bahwa bisnis itu harus berproses, maka kita akan lebih khusyuk menjalani bisnis kita.

Karena kita sadar, semua proses bila ditekuni dengan sungguh-sungguh maka impian kita akan tercapai.
Ketiga,

Menghargai diri sendiri

Apa maksudnya?

Jadi banyak sekali teman-teman reseller, ketika ada yang bertanya profesinya, ketika ditanya apa bisnisnya mereka menjawab dengan nada rendah.

"Saya hanya tim penjualan, saya cuma reseler, bukan saya punya produk, saya cuma jual produknya aja"

Ini merendah atau minta direndahkan ya? 😊

Singkirkan kata hanya dan kata cuma karena konotasinya negatif untuk diri kita.

Jadi apapun bisnis kita itu adalah rezeki dari Yang Maha Pemberi rezeki.

Nggak sopan dikasih rezeki tapi responnya seperti itu.

Kalau bisa hindari sifat seperti itu, syukuri apapun profesi kita.

Lagi pula apa salahnya jadi reseller atau agen? tidak ada salah sama sekali.

Ya profesi kita itu.  Hal tersebut tidak mengurangi kemuliaan kita.

Berapapun omset atau penghasilan kita, itu tidak mengurangi kemulian kita.

Kalau Allah menilai Anda mulia, maka Anda mulia. Mau Anda dihina, dicaci, oleh orang lain, kalau kata Allah Anda mulia ya tetap mulia.

Apa pun profesi Anda.

Dan orang yang mulia disisi Allah itu tidak pernah mengeluh atas rezeki yang dinikmatinya.

Jangan meludah di piring tempat Anda mencari rezeki.

Hati-hati terhadap persepsi Anda karena itu membentuk proyeksi Anda kedepannya.

Ketika Anda mengatakan anda hanya, hanya, hanya, dan Anda cuma, cuma, cuma, maka di masa depan, ya hanya,  hanya dan juga cuma.

Mau seperti itu?
Engga kan?


Jika kita merendahkan diri kita sendiri lantas nikmat seperti apa lagi yang Allah harus berikan.


Kita ini sudah sempurna bersama rezeki kita.


Seperti apa persepsi kita seperti itulah masa depan kita.


Kita memang diperintahkan untuk tidak sombong tapi itu bukan berarti kita harus meremehkan diri sendiri.


Jadi singkirkan mental bloknya, yakinlah bahwa Anda itu pantas diberi rezeki lebih baik.

Tanamkan untuk diri sendiri, singkirkan kata hanya dan kata cuma. Lebih baik ganti dengan kalimat-kalimat yang positif-positif. kalimat-kalimat yang lebih bersyukur.

Katakan alhamdulillah sekarang sudah bisa menghasilkan atau alhamdulillah sekarang ada bisnis sendiri atau Alhamdulillah sekarang diberi kemudahan kemudahan.

Atau katakan, "Iya saya adalah distributor dari sikile kaus kaki,"

Jadi lebih bangga dengan profesinya.

Ketika kita bangga terhadap bisnis kita sendiri itu kan mengaktifkan sel-sel dalam diri kita yang positif-positif dan akhirnya itu mengundang rezeki-rezeki yang baik  datang ke diri kita.

Jadi itu ya perbedaan besar ketiga antara reseller super dan reseller loyo.

Jadi jangan heran, kenapa kok ada reseller yang pemghasilannya layak dari menjual produk orang lain dan kenapa ada yang tidak.

Yang penghasilannya layak itu tidak pernah merasa minder akan statusnya.

Lagipula jualan itu adalah transfer keyakinan, kalau kita sendiri tidak yakin terhadap diri kita bagaimana kita meyakinkan orang lain dengan benar.

Orang-orang yang mampu menghasilkan dari bisnisnya, mereka itu tidak pernah mempermasalahkan apa profesinya.

Yang penting menghasilkan halal.

Ke empat,

Mereka tidak mudah terpengaruh.

Jadi kalau yang pertama itu adalah internalnya, sekarang mereka tidak mudah terpengaruh oleh eksternalnya.

Saat kita mulai melangkah pasti ada orang yang mencibir.

Yang mengatakan,

"ah pekerjaan apa itu,"

atau

"Ah cuma gitu doang."

atau

"Ah, itu mah bukan bisnis beneran."

Pasti ada yang seperti itu. Saran saya cuekin saja.

Saat kita mulai melangkah pasti ada yang mencibir. Pesiden saja yang nyatanya nomor satu di Indonesia itu ada yang mencibir.

Atau bahkan orang yang paling mulia di bumi ini, Rasulullah Shalallahu Wassalam itu juga ada yang mencibir. Apa lagi kita ini yang banyak negatifnya.

Jadi ketika kita jualan tidak perlu terpengaruh terhadap orang lain.

Ini adalah yang dilakukan para reseller yang memiliki penghasilan lebih dari cukup.


Ketika kita jualan, pasti akan merasakan hal yang serba salah, saat barang kita mahal, mereka komplen koq mahal banget, saat barang kita murah, mereka meragukan kualitas produk kita. Padahl kadang yang nyinyir itu engga beli.

Pointnya adalah, selama orang lain punya mulut, mereka bebas mau berbicara apa saja. Intinya, kita jangan pernah terpengaruh. Ambil posutif dan buang yang negatif. Abaikan.


Juga, jangan sibuk kepada orang lain apa yang sedang Anda besarkan.

Orang lain terkadang tidak peduli itu. mereka itu mengejek karena hanya ingin memuaskan nafsu mereka saja.

Jadi biarkan mereka dengan sikap mereka karena nanti mereka juga sama pertanggungjawaban itu dihadapan Allah.

Kita itu juga punya sesuatu yang perlu kita pertanggungjawabkan. Jadi fokus saja ke bisnis kita.


Dan yang paling penting, jangan juga keseringan lihat bisnis orang lain. Jangan lihat bisnis tetangga.  Kita punya bisnis sendiri. Fokus.

Memang, kadang rumput tetangga itu memang selalu tampak lebih hijau padahal bisa jadi rumputnya itu sintetis.

Kambing aja gak mau makan kok kenapa kita memperdulikan itu.

Kalau kita sering kepo terhadap orang lain artinya kita kurang bersyukur terhadap nikmat yang ada dalam diri kita.

Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita itu adalah pilihan kita sendiri, jadi  bertanggung jawab lah terhadap hal itu.

Kita berbisnis yang untung itu kita, yang menikmati profit itu kita, yang gunakan untuk kita sendiri.

Kalau gagal, ya harus bertanggung jawab. Jangan menyalahkan orang lain, jangan menyalahkan pembeli, jangan menyalagkan siapa pun.


Intinya adalah jika ingin berbisnis termasuk bisnis reseller, kita harus memiliki pendirian yang kuat.

Jangan mudah terganggu dengan celotehan orang lain. Jangan mudah baper. Karena baper biaya operasionalnya tinggi.

Dalam bisnis, orang yang sudah sakit hati akan susah sekali untul berkonsentrasi dan tentu saja akan berpengaruh dalam menjalankan bisnisnya.


Jadi, dalam menjalankan bisnis, yang harus diperbaiki adalah internalnya. Jangan sampai terpengaruh oleh hal-hal eksternal.

 Ke lima,


Hal yang bisa membuat kita menjadi reseller super adalah belajar dan action pada tempatnya.


Ada waktunya belajar, ada waktunya praktek.

Praktek terus engga bangus, karena bisa berpotensi nanti asal actionnya. Kita bergerak bergerak bergerak terus tanpa ada tuntunan.

Dan belajar terus juga engga bagus, nanti engga ada kemajuan.

Yang benar adalah belajar seperluanya lalu praktek.

Jadi kita belajar dulu, lalu praktek, saat mentok kita belajar lagi, lalu praktek lagi. Seperti itu.

Sebenarnya boleh saja berbisnis tanpa ilmu, itu kalau punya banyak waktu. Karena praktek tanpa ilmu, kita akan trial eror sendiri. Dan akan memakan waktu banyak.

Namun, kalau waktunya terbatas cari ilmunya, baca bukunya, kejar gurunya.

Dengan belajar itu akan terjadi percepatan.

Misalnya, Si A dan si B memulai bisnis di waktu yang sama. Si A meluangkan waktunya untuk belajar kemudian si A praktek sedangkan si B langsung praktek coba coba sendiri.

Mana yang lebih cepat menghasilkan?

Coba perhatikan dan dekati orang-orang yang mampu menjual banyak produk dalam waktu singkat, rata-rata mereka adalah orang-orang yang haus ilmu dan lapar praktek.

Mereka bisa membagi kapan waktunya belajar kapan waktunya mempraktekkan.

Apa yang dipelajari dan dalam hitungan bulan saldo rekening mereka itu sudah berbeda.

Sekali lagi praktek terus terusan itu gak bagus nanti bisa berpotensi asal action, kemudian belajar terus juga engga baik.

Nanti kalau belajar terus kapan prakteknya.

Itu gak ada kemajuannya. Semua ada waktunya.

Ada waktunya belajar ada waktunya mempraktekkan apa yang dipelajari.

Nah begitu ya itulah lima hal yang membedakan reseller yang super dan reseller yang loyo.


Saya akan coba review lagi. Jadi yang harus diperhatikan reseller super punya lima hal:

1. Mereka punya alasan yang kuat
2. Mereka sadar bahwa bisnis itu berproses.
3. Mereka menghargai diri mereka sendiri 4. Mereka tidak gampang terpengaruh omongan orang lain.
5. Mereka belajar dan praktek pada waktunya.

Dan sebaliknya, seorang reseller loyo,
1. Mereka tidak punya alasan mereka
2. Maunya instan
3. Mereka meremehkan diri sendiri
4. Mereka gampang tersinggung dengan omongan orang lain
5. Mereka itu gak belajar atau mereka mebanyakan belajar tapi kurang action.
[20:39, 12/11/2017] +62 877-7792-1218:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

manajemen kelelahan (fatigue management)

alhamdulillah wisuda

KARENA ALLAH MUDAHKAN